A. Sejarah
Behavior
Pendekatan behavior
dikembangkan sejak tahun 1950-an dan
1960-an. Pendekatan behavior memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang
berlaku pada saat itu.
Terapi behavior berbeda
dari konseling lain karena menggunakan
classical conditioning dan operant conditioning terhadap penanganan
berbagai perilaku bermasalah.
Konseling behavior bangkit
secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun 1950-an. Konseling
Behavioral terus berkembang meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal
(Psikoanalitik).
Pada tahun1960-an Albert
Bandura mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory) yang
menggabungkan classic conditioning dan operant conditioning dengan belajar.
Bandura menfokuskan pada terapi kognitif dalam
konseling behavioral. 1970-an konseling behavior muncul sebagai kekuatan
utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang berarti dalam pendidikan,
psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial.
Teknik-teknik behavioral
dikembangkan dan diperluas juga
diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis, industry, dan pengasuhan
anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan cakrawala baru dalam konsep dan
metode yang bergerak jauh di luar teori belajar tradisonal.
B. Aspek Utama Teknik Behavioral
a.
Classical
Conditioning
Pada tahun 1950an, Joseph Wolpe dan Arnold
Lazarus serta Hans Eysenck mulai menggunakan penemuan-peneuan penelitian
eksperimental dengan memakai hewan-hewan untuk membantu menangani phobia
ditempat-tempat klinis.
Tokoh utama adalah Ivan Pavlov, yaitu yang
mengilustrasikan classical conditioning yang bereksperimen dengan anjing.
Ketika makanan dikeluarkan, mulut anjing mengeluarkan air liur yang merupakan
perilaku responden. Ketika makanan dimunculkan secara berulang-ulang dengan
diikuti suara bel, kemungkinan anjing akan mengeluarkan air liurnya untuk suara
dari bel itu sendiri. Bagaimanapun juga, jika bel dibunyikan berulang kali tapi
tidak dipasangkan lagi dengan makanan, respon air liur stidaknya akan berkurang
dan menjadi hilang.
b.
Operant
Conditioning
Skinner berpendapat bahwa pembelajaran tidak
dapat terjadi pada ketiadaan tiap jenis penguatan, salah satunya positif atau
negative. Menurut Skiner, tindakan-tindakan yang dikuatkan cenderung diulangi
dan tindakan yang tidak mendapat penguatan cenderung berkurang.
c.
Social Learning Theory
Pendekatan belajar sosial dikembangkan oleh
Albert BAndura Richard Walters (1963) yaitu saling berhubungan, saling
disiplin, dan multimodal (Bandura, 1977, 1982). Perilaku dipengaruhi oleh
tiap-tiap stimulus, baik dari penguatan eksternal maupun proses-proses
mediational kognitif.
C. Sudut pandang
Terapy behaviour modern
didasarkan pada sebuah sudut pandang perilaku manusia yang alami yang
menunjukkan sebuah pendekatan yang terstruktur dan sistematis untuk konseling.
Sudut pandang ini tidak terletak pada sebuah asumsi deterministic bahwa
manusia-manusia adalah hasil dari kondisi sosiokultural mereka. Sepertinya
sudut pandang yang sekarang yang menyatakan bahwa seseorang merupakan produser
sekaligus hasil dari lingkungan mereka.
Pada behaviour therapy jaman
sekarang lebih ke arah prosedur-prosedur perkembangan yang secara aktual
memberi control pada klien dan meningkatkan tingkat kebebasan mereka. Behaviour
therpy bertujuan untuk meningkatkan skill-skill seseorang sehingga mereka
mempunyai pilihan yang lebih untuk merespon.
D. Tujuan dan
Peranan Konselor
Tujuan terapi behavioral
adalah untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku
yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
Konselor dalam behavior
therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang
tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik.
Peran konselor secara khusus diantaranya :
1)
Merumuskan masalah
yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya
atau tidak
2)
Konselor memegang
sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang
teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
3)
Konselor mengontrol
proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
4)
Mengevaluasi
keberhasilan perencanaan perubahan
dengan mengukur kemajuan terhadap tujuan selama durasi perencanaan dan
penanganan.
5)
Melakukan penilaian
tindak lanjut.
E. Tahap-tahap Teknik
Behavioral
a. Assessment (Penilaian Fungsional)
Tahap untuk mendapatkan informasi yang akan
menggambarkan masalah yang dihadapi, sekaligus akan menjadi pedoman dalam
menyusun strategi pemberian bantuan. Informasi-informasi yang dimaksud dapat
berupa aktifitas nyata, perasaan, nilai-nilai, dan pikiran klien. Kanfer dan
Saslow (1969) memberikan gambaran tentang kelayakan informasi yang semestinya
dapat digali pada tahap ini adalah berkenaan dengan :
1)
Analisis tingkah laku
khusus yang bermasalah
2)
Analisis Situasi yang
didalamnya masalah klien terjadi
3)
Analisis motivasional
yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4)
Analisis self-control
berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah laku bermasalah
5)
Analisis hubungan
sosial berkenaan dengan orang-orang lain yang terkait dekat dengan klien
6)
Analisis lingkungan fisik-sosial-budaya
berkenaan dengan norma-norma dan keterbatasan-keterbatasan lingkungan.
b. Goal Setting (Menetapkan Tujuan)
Penyusunan tujuan konseling berdasarkan
informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas. Penyusunan ini dapat dilakukan
melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1)
Membantu klien untuk
memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2)
Memperhatikan tujuan
klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang
dapat diterima dan diukur
3)
Memecahkan tujuan
kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan yang
berurutan.
c. Technique Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk membantu
klien mencapai tujuan perubahan tingkah laku yang diinginkannya. Muara
konseling adalah membantu klien dalam mempelajari strategi-strategi efektif
yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.
d. Evaluation-Termination
(Evaluasi dan Pengakhiran)
yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien,
efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan keberhasilan konseling, serta
balikan yang dapat dilaksanakan.
F. Teknik-teknik Konseling
1)
Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag
digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan
dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap
2)
Teknik Relaksasi
Teknik yang digunakan
untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan
pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan
otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
3)
Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor
untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal
dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan
kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya
terhadap situasi tersebut
4)
Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan
konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara
memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
5)
Modelling
Teknik untuk
memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
6)
Cognitive restructuring
Teknik yang menekankan
pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi
rasional dan logis
7)
Assertive Training
Teknik membantu
konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang lain
secara lugas tanpa agresif
8)
Self Management
Teknik yang dirancang
untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri melalui
pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
9)
Behavioral Rehearsal
Teknik penggunaan
pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar ketrampilan
antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
10)
Kontrak
Suatu kesepakatan
tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan,
motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan
bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
11)
Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan
dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli
antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku
tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang
dihadapinya.
12)
Role Playing
Teknik yang digunakan
konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan
permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya
sehingga dapat tujuan yang diharapkan
13)
Extinction (Penghapusan)
Extinction
(Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang
sebelumnya diberi reinforcement.
14)
Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation)
adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi
bersedia untuk melakukannya.
15)
Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment)
merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan konselor untuk
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
16)
Time-out
Time-out merupakan
teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
17)
Terapi Aversi
Terpai aversi
merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral
yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu
stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat
kemunculannya.
0 komentar:
Posting Komentar