Jumat, 03 Juni 2016

TEKNIK KONSELING BEHAVIORISTIK

A. Sejarah Behavior

Pendekatan behavior dikembangkan sejak  tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan behavior memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat itu.
Terapi behavior berbeda dari  konseling lain karena menggunakan classical conditioning dan  operant conditioning terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah.
Konseling behavior bangkit secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun 1950-an. Konseling Behavioral terus berkembang meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal (Psikoanalitik).
Pada tahun1960-an Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory) yang menggabungkan classic conditioning dan operant conditioning dengan belajar.
Bandura  menfokuskan pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial.  
Teknik-teknik behavioral dikembangkan dan diperluas  juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis, industry, dan pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan cakrawala baru dalam konsep dan metode yang bergerak jauh di luar teori belajar tradisonal.

B. Aspek Utama Teknik Behavioral
a.     Classical Conditioning
Pada tahun 1950an, Joseph Wolpe dan Arnold Lazarus serta Hans Eysenck mulai menggunakan penemuan-peneuan penelitian eksperimental dengan memakai hewan-hewan untuk membantu menangani phobia ditempat-tempat klinis.
Tokoh utama adalah Ivan Pavlov, yaitu yang mengilustrasikan classical conditioning yang bereksperimen dengan anjing. Ketika makanan dikeluarkan, mulut anjing mengeluarkan air liur yang merupakan perilaku responden. Ketika makanan dimunculkan secara berulang-ulang dengan diikuti suara bel, kemungkinan anjing akan mengeluarkan air liurnya untuk suara dari bel itu sendiri. Bagaimanapun juga, jika bel dibunyikan berulang kali tapi tidak dipasangkan lagi dengan makanan, respon air liur stidaknya akan berkurang dan menjadi hilang. 
b.     Operant Conditioning
Skinner berpendapat bahwa pembelajaran tidak dapat terjadi pada ketiadaan tiap jenis penguatan, salah satunya positif atau negative. Menurut Skiner, tindakan-tindakan yang dikuatkan cenderung diulangi dan tindakan yang tidak mendapat penguatan cenderung berkurang. 
c.     Social Learning Theory
Pendekatan belajar sosial dikembangkan oleh Albert BAndura Richard Walters (1963) yaitu saling berhubungan, saling disiplin, dan multimodal (Bandura, 1977, 1982). Perilaku dipengaruhi oleh tiap-tiap stimulus, baik dari penguatan eksternal maupun proses-proses mediational kognitif.

C. Sudut pandang
Terapy behaviour modern didasarkan pada sebuah sudut pandang perilaku manusia yang alami yang menunjukkan sebuah pendekatan yang terstruktur dan sistematis untuk konseling. Sudut pandang ini tidak terletak pada sebuah asumsi deterministic bahwa manusia-manusia adalah hasil dari kondisi sosiokultural mereka. Sepertinya sudut pandang yang sekarang yang menyatakan bahwa seseorang merupakan produser sekaligus hasil dari lingkungan mereka.
Pada behaviour therapy jaman sekarang lebih ke arah prosedur-prosedur perkembangan yang secara aktual memberi control pada klien dan meningkatkan tingkat kebebasan mereka. Behaviour therpy bertujuan untuk meningkatkan skill-skill seseorang sehingga mereka mempunyai pilihan yang lebih untuk merespon.


D. Tujuan dan Peranan Konselor
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik.
Peran konselor secara khusus diantaranya :
1)      Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak
2)     Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
3)     Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
4)     Mengevaluasi keberhasilan perencanaan perubahan  dengan mengukur kemajuan terhadap tujuan selama durasi perencanaan dan penanganan.
5)     Melakukan penilaian tindak lanjut.
  

E. Tahap-tahap Teknik Behavioral

a.    Assessment (Penilaian Fungsional)
Tahap untuk mendapatkan informasi yang akan menggambarkan masalah yang dihadapi, sekaligus akan menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemberian bantuan. Informasi-informasi yang dimaksud dapat berupa aktifitas nyata, perasaan, nilai-nilai, dan pikiran klien. Kanfer dan Saslow (1969) memberikan gambaran tentang kelayakan informasi yang semestinya dapat digali pada tahap ini adalah berkenaan dengan :
1)      Analisis tingkah laku khusus yang bermasalah
2)     Analisis Situasi yang didalamnya masalah klien terjadi
3)     Analisis motivasional yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4)     Analisis self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah laku bermasalah
5)     Analisis hubungan sosial berkenaan dengan orang-orang lain yang terkait dekat dengan klien
6)      Analisis lingkungan fisik-sosial-budaya berkenaan dengan norma-norma dan keterbatasan-keterbatasan lingkungan.

b.    Goal Setting (Menetapkan Tujuan)
Penyusunan tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas. Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1)      Membantu klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2)     Memperhatikan tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan diukur
3)     Memecahkan tujuan kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan yang berurutan.

c.    Technique Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai tujuan perubahan tingkah laku yang diinginkannya. Muara konseling adalah membantu klien dalam mempelajari strategi-strategi efektif yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.

d.   Evaluation-Termination (Evaluasi dan Pengakhiran)
yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien, efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan keberhasilan konseling, serta balikan yang dapat dilaksanakan.


F. Teknik-teknik Konseling 
1)      Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap
2)     Teknik Relaksasi
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
3)     Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut
4)     Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
5)     Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
6)     Cognitive restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis
7)     Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif
8)    Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
9)     Behavioral Rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
10) Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
11)  Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
12) Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan
13) Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
14) Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia untuk melakukannya.
15)  Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
16) Time-out
Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
17)  Terapi Aversi
Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.





0 komentar:

Posting Komentar